INFOTANI.ID – Kementerian Pertanin (Kementan) optimis Proyek Pengembangan Sistem Pertanian terpadu di Daerah Dataran Tinggi (Upland), mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas petani. Tak terkecuali di Kabupaten Tasikmalaya.
Direktur Irigasi pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto mengatakan, sektor pertanian di Tasikmalaya terus mengalami kemajuan. Dari hasil kunjungannya pada Mei lalu, ada banyak perbaikan dan peningkatan infrastruktur.
“Kami melakukan kroscek ke lokasi pembangunan RJIT (Rehabilitasi jaringan Irigasi Tersier) di wilayah garapan Upland Project,” ujar Rahmanto melalui keterangan tertulisnya, Jumat (19/8).
Dikatakan Rahmanto, tahun ini pemerintah tengah fokus melaksanakan pembangunan RJIT di Kabupaten Tasikmalaya sepanjang 16.910,94 meter. Tersebar di empat wilayah yaitu Desa Bantarkalong, Darawati, Padawaras serta Kertasari.
“Program ini didanai dari Program Hibah ISDB dan IFAD,” tambah Rahmanto.
Rahmanto berharap seluruh infrastruktur yang sudah dan akan dibangun jangan sampai terbengkalai begitu saja. “Masyarakat harus mempunyai rasa memiliki,” pungkasnya.
Senada, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin, menambahkan kalau Upland Project amat bermanfaat terhadap para petani. Dia menjelaskan, Upland Project merupakan representasi dari visi misi Kabupaten Tasikmalaya di bidang pertanian,”
“Untuk mencapai visi misi tersebut, dibutuhkan berbagai macam aspek penunjang demi peningkatan produktivitas hasil pertanian yang salah satunya adalah aspek pengairan (saluran irigasi). Dan program Upland mendorong hal tersebut,” papar Nuraedidin.
Nuraedidin menambahkan, penunjang sumber air yang digunakan untuk irigasi pertanian di wilayah ini, memanfaatkan Irigasi Bendungan yang berada di Desa Padawaras. “Irigasi Bendungan tersebut dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat pada tahun 1983,” jelas dia.
Terpisah, Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Ali Jamil memaparkan jika Upland Project memiliki 4 komponen kegiatan.
“Untuk Komponen pertama terdiri dari peningkatan produktivitas dan pembentukan ketahanan pangan. Untuk komponen kedua adalah pengembangan agribisnis dan fasilitasi peningkatan pendapatan, komponen ketiga adalah penguatan sistem kelembagaan, dan komponen terakhir manajemen proyek,” jelasnya.
Ditambahkan Ali Jamil, ada 5 titik kritis dari kegiatan ini.
“Yang menjadi titik kritis pertama adalah kegiatan desain konstruksi prasarana lahan dan air irigasi. Hal ini meliputi aspek perencanaan, aspek teknis, aspek keuangan,” ujarnya.
Titik kritis lainnya adalah sosialisasi kepada petani mengenai kewajiban sharing dana 20% agar kegiatan berjalan sesuai rencana, kemudian pengelolaan bantuan alsintan pra dan pasca panen yang dilakukan oleh sub lembaga berbeda dalam kelompok tani.
Sementara Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Upland Project yang akan berlangsung hingga 2024, memiliki multiplier effect.
SYL-sapaannya- berharap Upland mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani di daerah dataran tinggi.
“Caranya, melalui pengembangan infrastruktur lahan dan air, pengembangan sistem agribisnis, dan penguatan sistem kelembagaan,” katanya.
Adapun 14 Kabupaten yang menjadi lokasi Upland Project adalah Banjarnegara, Cirebon, Garut, Gorontalo, Lebak, Lombok Timur, Magelang, Malang, MInahasa Selatan, Purbalingga, SUbang, Sumbawa, Sumenep, dan Tasikmalaya.
Upland Project memiliki 4 komponen kegiatan. Pertama terdiri dari peningkatan produktivitas dan pembentukan ketahanan pangan. Untuk komponen kedua adalah pengembangan agribisnis dan fasilitasi peningkatan pendapatan, komponen ketiga adalah penguatan sistem kelembagaan, dan komponen terakhir manajemen proyek.(*)